Terucap tangis hingga tawa menyertai lusuh,
usik derai sepi tertutup lenyap, menyertai gemuruh guntur,
penuh luka perih menyayat hati.
Lukisan kenangan dengan seucap kata terlontar tanpa lelah,
semburkan maaf ’tuk kesalahan,
sisipkan setitik harapan ingin.
Acukan tampang tidak dan mengantarkan kembali sebuah rayuan rindu. Menghempaskan sebuah asap cinta yang terukir di hati,
tutupi dengan tawa penuh canda.
Satu senyuman darimu, kumiliki dan takkan terlepas.
Sinar mentari temani sepiku,
dan janganlah hanya menjadi pelangi yang datang saat hujan reda,
namun jadilah seperti lilin yang siap hancur demi orang yang kita sayang. Terpuruk sendiri menanti resah tanpa keinginan tuk tahu siapa dan mengapa.
Semilir angin pun mencoba memuji sukma yang terlanjur menanti raga yang tlah hilang, dan memikirkan sebuah pengganti.
Dedaunan pun berkata :”dimana cintamu”, lalu kujawab dengan sebuah senyuman sinis kepadanya.
Rancu, munafik, egois, itulah sifat cinta.
Namun, selain itu diwajibkan untuk melihat kebelakang lagi dan belajar dari pengalaman dan juga mencoba untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hidup hanya satu kali, tanpa cinta hidup terasa hampa.
Cinta tidak hanya untuk satu orang saja, namun setiap insan didunia ini.
Tulisan ini dibuat bukan hanya sekedar isapan jempol belaka,
namun ini dibuat dari kisahku dan mungkin pernah dirasakan setiap orang didunia ini.
Ketika engkau mempunyai cinta, jagalah dia dengan sebaik-baiknya. janganlah kau menyakiti cinta, jika tidak ingin disakiti oleh cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar